Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI telah resmi di pecah atau stock split dengan rasio 1 : 2 pada Selasa (4/4). Lewat aksi ini, saham BMRI yang semula berada di Rp 10.525 telah diperdagangkan di harga baru Rp 5.250.
Banyak yang beranggapan stock split ini akan kembali sukses di pasar seperti halnya di tahun 2017. Di mana pada tahun itu, saham BMRI juga di pecah dengan rasio yang sama yakni 1:2 dari harga Rp 13.200 menjadi Rp 6.575.
Dengan kesuksesan tersebut, tidak sedikit analis yang merekomendasikan beli saham BMRI pasca stock split.
Salah satunya Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-Kun Shin. Menurutnya kesuksesan stock split BMRI di 2017 bisa kembali terulang karena BMRI memiliki fundamental yang sangat kuat. Hal tersebut juga berbanding lurus dengan kondisi perekonomian saat ini.
Ia pun meyakini saham BMRI bisa bangkit kembali menuju level Rp 6.500- Rp 7.500.
“Dengan alasan yang sederhana seperti Fundamental yang tetap berada trend positive, sangat memungkinkan BMRI dapat mengulang history kesuksesan yang telah terjadi sebelumnya,” katanya kepada CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.
Hal serupa juga disampaikan Senior Analis DCFX Lukman Leong. Menurutnya bila dilihat dari fundamental, harga saham BMRI cukup menarik. Apalagi BMRI ujarnya tercatat sebagai bank dengan asset terbesar.
“Melihat dari sejarah stocksplit 6 tahun sebelumnya, reaksi pasar sangat positif. Untuk kali ini saya melihat saham BMRI bisa mencapai Rp 5.600- 6.000 per saham di akhir tahun,” terangnya.
Begitupun dengan Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta, ia mengungkapkan saham BMRI masih cukup menjanjikan terutama untuk investasi jangka panjang. Secara teknikal target harga BMRI di kisaran Rp 5.500-5.800/ saham.
Artinya masih ada potensi kenaikan harga 10,47% yang membuat BMRI menjadi incaran. Dia juga mengatakan usaistock splitini, menjadi saat yang tepat untuk mengakumulasi saham BMRI.
Sementara itu, Head of Research Sucor Sekuritas, Edward Lowis mengungkapkan, industri perbankan tahun ini masih sangat bagus. Hal ini didukung oleh pertumbuhan kredit yang diperkirakan bisa tembus di atas 10%.
Disisi lain biaya provisi diproyeksikannya akan melanjutkan tren penurunan. Sehingga pertumbuhan laba sektor perbankan dinilainya akan cukup bagus tahun ini.
Dengan kondisi tersebut, ia pun merekomendasikan beli untuk saham-saham bank besar, salah satunya BMRI dengan target jangka pendek di Rp 5.850.
“Selain dengan kualitas kredit yang lebih baik, pertumbuhan kredit serta laba yang tinggi, valuasi juga masih cukup menarik,” jelas Edward.
Sedangkan Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan, merekomendasikan beli saham BMRI karena dalam 10 tahun terakhir aset BMRI mampu tumbuh 12,1%/tahun, dan pendapatan tumbuh 13,2%/tahun.
Secara valuasi pun, unjarnya saham BMRI diperdagangkan pada PBV 2,1x atau di bawah BBCA (4,9x) dan BBRI (2,4x). Sehingga potensi untuk naik masih sangat besar.
Ia menargetkan saham BMRI bisa tembus Rp 6.590 atau merefleksikan nilai PBV 2023 sebesar 2,4x.
“Kami melihat pasca 2023 valuasi saham-saham perbankan Indonesia akan mengalami peningkatan khususnya bank BUMN,” terangnya.