Indonesia kembali mencetak surplus neraca perdagangan untuk 34 kali beruntun. Surplus kali ini tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yakni US$ 5,48 miliar.
Surplus ini disebabkan ekspor yang lebih tinggi yakni US$ 21.40 miliar, sementara itu impor hanya US$ 15,92 miliar. Angka surplus ini berada di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga. Konsensus memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2023 sebesar US$ 3,2 miliar.
Jika dikaji lebih dalam, surplus US$ 5,48 miliar ini merupakan surplus tertinggi sejak tertinggi sejak Oktober 2022 US$ 5,59 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengungkapkan impor Indonesia pada Februari memang turun cukup dalam. Ekspor mengalami penurunan, tetapi impor turun lebih besar lagi.
“Surplus neraca perdagangan Indonesia terjadi di tengah penurunan impor yang jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor,” kata Habibullah, dalam rilis BPS, Rabu (15/3/2023).
Penurunan impor utamanya didorong oleh penurunan impor bahan baku sebesar 15.09% pada Februari.
Namun, di sisi lain, Habibullah menegaskan bahwa surplus selama 34 bulan berturut-turut akan memberikan dampak positif bagi ekonomi RI.