Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Kamis (6/4/2023).
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,23%. Rupiah berada di posisi Rp 14.955/US$ pada pukul 09:05 WIB.
Pelemahan ini memperpanjang derita mata uang Garuda yang juga melandai kemarin.
Pada perdagangan Rabu (5/4/2023), rupiah terpuruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah ditutup di posisi Rp 14.920/US$ atau melemah 0,17%.
Pelemahan kemari memutus tren positif rupiah yang menguat dalam enam hari perdagangan sebelumnya. Dalam enam hari perdagangan tersebut, rupiah melesat 1,72%
Pelemaahn rupiah justru terjadi di tengah banyaknya sentimen positif.
Data tenaga kerja yang keluar pada Rabu malam waktu Indonesia menunjukkan jika tambahan pekerja baru atau penciptaan lapangan kerja di sketor swasta di AS hanya bertambah 145.000 pada Maret 2023.
Jumlah tersebut turun dari 261.000 pada Februari 2203 serta jauh di bawah ekspektasi pasar yang berkusar 210.000.
Data tersebut keluar hanya berselang sehari setelah laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta.
Jumlah tersebut anjlok 632.000 dibandingkan Januari 2023.
Ini adalah kali pertama jumlah lapangan kerja baru hanya tercatat 10 juta dalam dua tahun terakhir. Jumlah lapangan kerja baru juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 10,4 juta.
Anjloknya lapangan kerja baru di AS tentu saja menjadi kabar baik bagi emas.
Dengan lapangan kerja yang turun artinya sinyal melandainya inflasi semakin kencang. Sebelumnya, inflasi AS dan indeks harga produsen ataupun indeks pengeluaran pribadi warga AS juga melandai.
Data-data tersebut menjadi sinyal ada pelemahan ekonomi AS. Artinya, ada peluang bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk melunak.
Ekspektasi pasar kini menunjukkan 40% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan Mei mendatang. Sebanyak 60% atau mayoritas melihat The Fed akan menahan suku bunga.
Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan rupiah say ini sifatnya hanya koreksi sesaat. Pasalnya kondisi sentimen baik di dalam dan luar negeri tidak ada perubahan dari sebelumnya.
“Tapi tentu kami (BI) akan terus mencermati perkembangan ke depan,” kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Edi Susanto kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/4/2023).